We serve you better than other!

Care, Love, Help and Encourage People

PANGGILAN KERJA KRISTEN 1

.

Oleh Ev. Robin A. Simanjuntak M.Div


Saat ini jika kita berada di jalan raya maka kita akan melihat iklan suatu surat kabar. Kita melihat iklan yang berbunyi demikian: “Kebenaran itu tidak pernah memihak”. Mungkin kita sempat merenung saat membaca iklan tersebut, setelah itu kita mangut-mangut membenarkannya. Kebenaran itu tidak memihak, jangan-jangan kita juga sudah mempraktekkan itu dalam hidup kita.

Jika kita bekerja sebagai wartawan suatu surat kabar, mengamini slogan itu, maka apa jadinya dengan tulisan kita? Jika kita sebagai orang Kristen tidak memberitakan apa yang benar, lalu apa makna berita yang kita tulis itu? Jika kita sebagai pengacara, bisnisman, profesional Kristen mengatakan kebenaran itu tidak memihak, lalu apa yang kita perjuangkan saat kita bekerja? Apa yang kita lakukan jika ternyata dalam pekerjaan kita banyak hal yang tidak sesuai dengan kebenaran atau melawan kebenaran? Jika demikian sejauh mana kita terpanggil di hadapan Allah untuk bersaksi lewat hidup?

Kita dipanggil untuk menggarap ala mini. Panggilan kerja Kristen sejalan dengan mandat yang Allah berikan kepada kita. Kejadian 1:28 menulis, Allah berfirman kepada manusia: “Beranak cuculah dan bertambah banyak , penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Berarti tugas atau mandat yang Allah berikan kepada manusia adalah untuk mengelola alam semesta ini dengan cara merawat, memelihara dan mengekspolarasi alam ini untuk kepentingan manusia dan untuk kemuliaan Allah.

Secara jelas perintah Tuhan dikaitkan dengan tiga hal: penuhi bumi berarti tugas untuk berkembang-biak melahirkan keturunan, menaklukkan bumi berarti mengolah apa yang ada di dalam dunia ciptaan, dan menguasai berarti mengatur sebaik mungkin apa yang sudah di design oleh Allah. Itu artinya, manusialah yang di beri wewenang me-maintance alam semesta dengan seluruh isinya untuk melakukan madat ilahi yakni mandat budaya.

Istilah ini (mandat budaya) secara harfiah menunjuk pada agrikultur yaitu mengelola dan menumbuhkan sesuatu. Akar katanya berasal dari kebudayaan. Kata kerja bahasa latin colere yang berarti kebudayaan. Pengembangan budaya merupakan respon dari panggilan kita kepada Allah. Panggilan kita sebagai orang Kristen adalah melakukan mandat budaya. Apakah itu mandat budaya? Mandat budaya adalah usaha manusia untuk mengekspresikan diri dengan cara mewujudkan kepercayaan dan nilai-nilai yang ada di dalam diri ke dalam bentuk nyata seperti pendidikan, politik, ekonomi, teater, musik dll.


Dosa dan Kegagalan Kita

Sebaliknya, yang terjadi adalah sikap yang over atau reaksi yang berlebihan dari perintah itu. Manusia menguasai ciptaan dengan melihat alam hanya sebagai obyek yang bebas untuk di pakai dan di mamfaatkan. Manusia menaklukkan alam dengan cara mau menang sendiri dan mengalahkan isi alam. Ini semua berawal mula dari kejatuhan manusia ke dalam dosa. Akibat manusia jatuh ke dalam dosa, manusia gagal menjalankan tugas yang Allah berikan. Setelah kejatuhan, manusia melakukan eksploitasi atas alam, memanipulasi, melakukan tindakan yang bersifat destruktif,dll.

Sebelum berdosa, Adam dan Hawa menikmati ciptaan Tuhan dengan tinggal di taman Eden, setelah kejatuhan keturunannya tidak dapat menikmati alam yang demikian indah. Alih-alih ingin menikmati, justru manusia ingin menguasai bahkan merusak alam. Pada waktu Allah menciptakan dunia ini, Allah mengatakan semua yang di ciptakanNya itu adalah baik. Namun semua yang baik itu telah tercemar oleh dosa. Akibat dosa, tugas panggilan manusia semakin bertambah sulit saja. Manusia harus menebus apa yang sudah rusak ini.

Menebus berarti mengambil kembali hak milik kita yang sudah hilang dan di rampas orang lain. Sebagaimana Kristus datang ke dalam dunia untuk menebus kita dari tangan si jahat dan menjadikan kita anak-anak Allah, maka kita juga di tuntut untuk melakukan tugas penebusan atau tugas penyelamatan atas alam dan dunia sesuai bidang kerja kita. Menyelamatkan alam ini penting kita lakukan, bukan semata agar tetap bisa di pakai dan di nikmati keturunan kita 100 tahun kemudian tetapi lebih kepada membawa alam ini untuk kemuliaan Tuhan.


Panggilan Kita

Panggilan kita adalah melakukan tugas penebusan atas kebudayaan. Sederhananya, kita harus mengambil alih peran orang-orang dunia yang menguasai isi alam; seperti hutan, minyak, kekayaan laut dll. Dalam bidang media, diharapkan ada orang-orang Kristen yang bisa meramu program televisi yang lebih bersifat mendidik dari pada yang bersifat membodohi bahkan meracuni.

Tugas penebusan culture dalam bahasa Agustinus adalah panggilan manusia dalam melakukan transformasi cultural. Transformasi bukan sekedar perubahan bentuk, tetapi menghancurkan dan mengubah yang lama menjadi baru. Richard Niebuhr dalam bukunya Christ and Culture, mengungkapkan ada lima model relasi antara Kristus dan kebudayaan. Namun karena keterbatasan tempat penulis tidak bisa menguraikannya satu-persatu. Tetapi menurut Niebuhr, relasi yang paling tepat antara Kristus dan kebudayaan adalah Kritus mentransformasi kebudayaan.

Bagi John Calvin, tugas ini adalah tugas yang komprehensif yang menyangkut seluruh bidang kehidupan yang meliputi aspek keluarga, art and science, politik, ekonomi dll.
Bidang seni harus di kembalikan dan di peruntukkan bagi Tuhan. Berbagai bidang seni seperti seni pahat, seni lukis, seni musik harus di buat dengan mutu yang baik untuk kemaslahatan umat manusia.

Dalam bidang film, misalnya di harapkan ada banyak orang-orang Kristen yang membuat film-film bermutu yang sesuai dengan nalar, bukan film-film hantu atau cerita sinetron yang hanya mengekploitasi bentuk tubuh wanita. Dalam bidang hukum, ada pengacara Kristen yang siap tampil membela rakyat jelata dan tidak menggunakan segala cara untuk mencapai kemenangan.

Namun ini semua masih jauh dari harapan, kenyataannya di Negara kita film-film yang di produksi masih bersifat hal-hal yang mistik dan tidak masuk akal. Si pembuat film merasa film seperti inilah yang di sukai masyarakat kita, sebaliknya masyarakat merasa mereka tidak di berikan banyak pilihan untuk mengkonsumsi apa yang baik, bermutu dan mendidik. Dalam bidang hukum, justru pengacara yang kebanyakan dari mereka adalah orang Kristen, malah membela pihak yang dapat memberikan keuntungan besar terhadap mereka.

Padahal, jika kita sadar bahwa kita hidup kita bergerak dan kita bekerja karena anugerah Tuhan semata maka kita tidak mungkin bekerja hanya untuk kepentingan diri sendiri. Abraham Kuyper menyebutnya sebagai common grace (anugerah umum) dimana saat kita bekerja itu adalah anugerah Tuhan yang memberikan kesempatan kepada semua orang untuk bekerja sebaik mungkin. Saat kita bekerja kita sedang menghadirkan ke-rajaan Allah (kingship) di bumi lewat iman dan pekerjaan kita.
Kritus semestinya di hadirkan sebagai raja dalam segala aspek hidup kita. Kalimat yang terkenal dari Abraham Kuyper adalah dimana tidak ada satu inchipun dalam hidupku dimana Kristus tidak di permuliakan.

Saat ini banyak orang Kristen tidak memahami panggilannya. Banyak orang Kristen yang bekerja dengan rajin dan meraih sukses namun hidup hanya untuk diri sendiri. Banyak pengacara Kristen, guru Kristen, dokter Kristen yang bekerja tidak memahami tujuan mereka bekerja dan berjerih lelah. Bekerja bagi mereka bukanlah bagian ibadah kepada Tuhan. Bahkan, yang lebih gawat, pekerjaaan mereka adalah berhala mereka. Mereka bekerja mencari uang dan menjadikan uang itu sebagai mamon. Sama sekali, mereka tidak mau mencari Tuhan, atau mungkin jika mereka datang ke gereja hanya sekedarnya dan kurang mau melayani Tuhan di gereja. Inipun bentuk dualisme Kristen.

Tidak heran, dalam mempraktekkan kebenaran pun terjadi dualisme. Kebenaran bisa saja tidak berpihak pada yang benar karena berusaha untuk netral. Jika ada masalah, dipecahkan dengan win-win solution. Tapi kita lupa bahwa manusia sudah tidak bisa netral akibat dari dosa. Pilihan manusia selalu berusaha memihak pada satu sisi saja yang bersifat menguntungkan dirinya sendiri. Kebenaran yang kita dukung dan bela adalah kebenaran yang sesuai dengan maunya kita. Keberpihakan kita adalah keberpihakan yang subjektif.

Memang sekalipun kita sudah percaya Tuhan, masih ada unsur subyektif diri, maka dalam membela kebenaran kita bisa salah. Tetapi kebenaran itu sendiri di dalam dirinya tidak bisa dan tidak mungkin bersalah. Kebenaran yang sesungguhnya adalah Allah. Allah menginginkan kita untuk hidup dalam kebenaranNya dan membela apa yang benar.

2 komentar:

handi said...

wah...k'robin kalo gitu susah bangat donk jadi org X-ten. jadi serba salah juga....

Blessings in Christ.

Robin A. Siman juntak, MDiv said...

Wah juga Handi..menurut kamu susahnya dimana?

 
Trust Training Ministry powered by Rio Setiawan Migang.com | Template by o-om.com